Cari Blog Ini

Rabu

OBAT SALURAN NAFAS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) termasuk flu, renitis akut, sinusitis, tonsillitis akut dan laryngitis akut. Pilek adalah tipe infeksi saluran nafas atas yang paling seering ditemukan. Orang dewasa rata-rata akan terserang flu 2-4 kali dalam setahun, dan anak-anak rata-rata 4-12 kali pertahun. Insidennya bervariasi menurut musim, kira-kira 50 % dari penduduk akan mendapat penyakit ini pada musim dingin dan 25 % pada musim panas. Biasanya, flu tidak dianggap sebagai penyakit yang berbahaya; tetapi penyakit ini menyebabkan rasa tidak nyaman baik secara fisik maupun mental dan menyebabkan penderita tidak bekerja atau tidak masuk sekolah.

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun dengan beberapa tujuan dibuatnya makalah Farmakologi ini, yaitu :
  1. memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah farmakologi ibu wenny dan juga sebagai pembelajaran bagi kami khususnya tentang materi “ OBAT SALURAN PERNAFASAN “
  2. Sebagai pelengkap bagi mahasiswa dan pengajar dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mata kuliah Farmakologi.
  3. Memberikan tuntunan bagi mahasiswa yang sedang mempelajari materi tentang “Obat Saluran Pernafasan”
  4. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih efektif dan efesien.

1.3 Batasan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini kami hanya membahas masakah tentang infeksi saluran pernafasan atas yaitu batuk, flu/influenza dan asma.

1.4 Metode penulisan
Adapun metode penulisan kami mengunakan metode kepustakaan, dimana mengambil reverensi dari buku-buku perpustakaan.
BAB II
ISI

2.1 SALURAN PERNAPASAN
Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama:
1. saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring
2. saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveoulerv – kapiler
Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui saluran pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas pada membrane alveolar kapiler.
Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus bronkeolus) dan paru-paru.
Saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian utama :
  1. Saluran pernafasan atas
  2. Saluran pernafasan bawah
  • Jenis-jenis infeksi saluran pernafasan atas : batuk pilek, faringitis, sinusitis, dan toksilitis.
  • Jenis infeksi saluran pernafasan bawah : asma, bronchitis kronik, emfizema, bronkioklialis.

Cara (cheronic aspecific respiratory affections)
Mencakup semua penyakit saluran nafas yang berartikan penyumbatan (obstruksi) bronchi di sertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta peralihannya. Yakni asma, bronchitis kronis, dan emfisema paru yang gejala klinisnya dapat saling menutupi (everlapping). Gejala terpentingnya antara lain sesak nafas (dispnoe) saat mengeluarkan tenaga, selama istirahat dan sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak kental. Karena gangguan tersebut memiliki mekanisme pathofisiologi yang berbeda-bedaa dengan penanganan yang juga tidak sama.

2.2. OBAT SALURAN PERNAFASAN
2.2.1. Antihistaminika.
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamiin menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita bersin banyak obat-obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang dapat menimbulkan rasa mengantuk.
Contoh obat antihistamin
Nama obat
dosis
Anti histamin
Difenhidramin
( Benadryl )



Kloerfenilamen maleat

Fenotiasin
(aksi antihistamin)
Prometazine
Timeprazine

Turunan piperazine
(aksi antihistamin)
hydroxyzine

D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam
D : PO, IM, IV : 5 mg/kg/h dalam 4 dosis terbagi, tidak lebih dari 300 mg/hari
D : IM:IV: 10-50 mg dosis tumggal

D: PO : 2-4 mg, setiap 4-6 jam
A: 6-12 thn: 2 mg, setiap 4-6 jam
A: 2-6 thn: PO, 1 mg, setiap 4-6 jam


D: PO: IM: 12,5-25 mg, setiap 4-6 jam
D: PO: 2,5 mg (4 x sehari)
A: 3-12 thn: O: 2,5 (3x sehari)


D: PO: 25-100 mg
A: (<6thn):>
Keterangan:
D: Dewasa, A: anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular, IV: intravena

2.2.2. Mukolitik
Mukolitik berkerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan secret mukosayang kental sehingga dapat dikeluarkan. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah, maka penderita tukak lambung perlu waspada. Wanita hamil dan selama laktasi boleh menggunakan obat ini.
Contoh obat : ambroxol, bromheksin.
Dosis:
* ambroksol: dewasa dan anak-anak >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-3 hari pertama. Kemudian sehari 3 x 15 mg.
Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg
Anak 2-5 thn, sehari 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop)
Anak <2>
* bromheksin: oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
anak-anak 3 dd 1,6-8 mg.
2.2.3. Inhalasi
inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan korrtikosteroida yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya ringan sekali. Dalam sediaaninhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk halusv (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan saat sesak napas).
Contoh obat :
minyak angin (aromatis), Metaproterenol
dosis: isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10 mg setiap 6-8 jam.
2.2.4. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma dan bronchitis yang bersifat alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis alergica dan alergi akibat bahan makanan. Efek samping berupa rangsangan lokal pada selaput lender tenggorok dan trachea, dengan gejala perasaan kering, batuk-batuk, kadang-kadang kejang bronchi dan serangan asma selewat. Wanita hamil dapat menggunakan obat ini.
Contoh obat :
Natrium kromoglikat dipakai untuk pengobatan, pencegahan pada asma bronchial dan tidak dipakai untuk serangan asma akut. Metode pemberiannya adalah secara inhalasi dan obat ini dapat dipakai bersama dengan adrenergic beta dan derivate santin. Obai ini tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan serangan asma.,

2.2.5. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.

2.2.6. Antiasma dan Bronkodilator
Contoh Obat :
teofilin
Terdapat bersama kofein pada daun the dan memiliki sejumlah khasiat antara lain spamolitis terhadap otot polos khususnya pada bronchi, menstimuli jantung dan mendilatasinya serta menstimulasi SSP dan pernapasan. Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah baik pada penggunaan oral maupun parienteral. Pada overdosis terjadi efek sentral (sukar tidur, tremor, dan kompulsi) serta gangguan pernapasan juga efek kardiovaskuler.
Dosis: 3-4 dd 125-250 mg microfine (retard)
Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk aminofilin, suatu campuran teofilin dengan etilendiamin.
Stimulan adrenoseptor, contoh obat salbutamol, terbutalin sulfat, efedrin hidroklorida.

2.2.7. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu :
  1. Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar tidak kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak digunakan syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infus carrageen)
  2. Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang, gualakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini memperbanyak produksi dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
  3. Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis = melarutkan), sehingga viskositasnya dikunrangi dan pengeluarannya dipermudah.
  4. Zat pereda : kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin (tucklase), obat-obat dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk kering yang mengelitik.
  5. Antihistaminika : prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan alklorfeniaramin. Obat ini dapat menekan perasaan mengelitik di tenggorokan.
  6. Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan batuk ke pusat batuk.
Penggolongan lain dari antitussiva menurut titik kerjanya, yaitu :
  1. Zat-zat sentral SSP
Menekan rangsangan batuk di pusat batuk (modula), dan mungkin juga bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek menenangkan.
    1. Zat adiktif : doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon.
    2. Zat nonadiktif : noskopin, dekstrometorfan, pentosiverin.
  1. Zat-zat perifer di luar SSP
Emollionsia, ekspektoransia, mukolitika, anestetika local dan zat-zat pereda.