Cari Blog Ini

Kamis

Dahsyatnya sakaratul maut....bersediakah kita menghadapinya??


"Kalau
sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa
orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta
berkata, "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." (niscaya kamu
akan merasa sangat ngeri) 
(QS. Al-Anfal {8} : 50).
"Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
(berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat
memukul dengan tangannya (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada
hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena
kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan
kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya
". (Qs. Al- An'am : 93).
"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang". (HR. Ibnu Abu Dunya).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang
yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka
kepada Allah, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar.
Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan
lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya
nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, baginda adalah seorang ahli ibadah, kuat
mengerjakan solat sampai berpuluh raka'at dalam sehari semalam dan
selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi
Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal
itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka
bermohonlah ia kepada Allah Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi
Idris a.s. di dunia. Allah Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail,
maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan,
dan bertamu ke rumah Nabi Idris.
"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Allah".Malaikat Izrail menyapa dengan salam,
"Wa'alaikum salam wa rahmatullah". Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.

Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika
tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama,
namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti
biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "berkhalwat" pada Allah
sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat
Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan
kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada
suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak "tetamu"nya itu
berjalan-jalan ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang
berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).
"Subhanallah, (Maha Suci Allah)" kata Nabi Idris a.s.
"Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. 
Kemudian Baginda berkata: "Semalam saudara menolak makanan yang halal, kini saudara menginginkan makanan yang haram".
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s memerhatikan wajah tamunya yang
tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau agak khuatir dan syak tentang
tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan tamuku ini? fikir Nabi
Idris a.s.
"Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s.
"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail, berterus terang.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.
"Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius.
"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
"Atas izin Allah. Aku cuma menziarahimu". Jawab Malaikat Izrail.
"Aku punya permintaan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s
"Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail.
"Kumohon engkau mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah SWT untuk
menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan
meningkatkan amal ibadahku
". Pinta Nabi Idris a.s.
"Tanpa izin Allah. Aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan
permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Allah, Malaikat Izrail segera
mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.
Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi
Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan
Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" Tanya Malaikat Izrail.
"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup disiat kulitnya". Jawab Nabi Idris a.s.
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.
MasyaAllah, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s.
Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita ?
Bersediakah kita untuk menghadapinya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar